Pandangan Ziarah Kubur (Nyekar) Dalam Islam

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Alhamdulillah, syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang tak henti-henti mengucurkan nikmat dan karunianya kepada kita semua.

Sebelumnya kami mewakili crew Kumpulan Doa ingin mengucapkan Taqoballahu minna wa minkum Taqobbal ya karim Minal 'aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul fitri 1437 H. Semoga kita semua menjadi insan yang lebih baik. Bagi para pembaca yang setia menyempatkan waktunya untuk berkunjung di Blog buruk ini kami minta maaf sebab hampir selama bulan ramadhan kemarin para penulis di Blog ini sedang sibuk untuk mencari pahala dan mangkir di dunia internet.

Sebagai umat islam sudah selayaknya kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Hadits, dengan mengikuti Al Qur'an dan Hadits pastilah hidup kita akan menjadi lebih terarah dan tidak gampang terombang-ambing oleh hasutan dan godaan dunia.

Momen Ramadhan dan Idulfitri pastilah masih tergambar jelas, rutinitas harian yang dilakukan oleh hampir setiap muslim dan muslimah sanggup dikatakan hampir sama mulai dari Sahur, berbuka, tadarus (membaca) Al qur'an, hingga dengan ziarah kubur (nyekar) ke makam.

 syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang tak henti Pandangan Ziarah kubur (nyekar) dalam islam
Tabur Bunga

Ziarah Kubur (nyekar) dalam Islam

Ziarah Kubur (nyekar) merupakan tradisi yang sudah menjamur di Indonesia, bahkan sanggup dikatakan merupakan sebuah rutinitas yang sudah sangat umum dilakukan dan intensitasnya akan semakin meningkat di hari-hari menjelang Idulfitri hingga hari sesudah lebaran.

Banyak sekali perdebatan mengenai wacana ziarah kubur (nyekar) ini, sebagian ada yang memperbolehkan dengan alasan menjaga budbahasa turun temurun dan sebagian lagi melarang sebab hal tersebut tidak disebutkan secara terperinci dalam agama islam.

Adapun dalam sebuah hadits Bukhari : 8 dan Muslim : 111 "Daripada Ibn Abbas, bahwa Nabi Muhammad SAW melalui dua kubur. Lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua-duanya sedang di azab dan tidaklah kedua-duanya di azab sebab dosa besar. Adapun yang ini di azab sebab tidak menjaga (kebersihan) daripada kencing sedangkan yang lainnya sebab suka mengadu domba.” Lalu Nabi SAW meminta pelepah dan mematahkannya (menjadi) dua bagian. Kemudian Beliau menancapkan di atas (kubur) ini satu dan di atas (kubur) ini satu. Kalangan sahabat Nabi bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melaksanakan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab itu daripada kedua-duanya selama pelepah kurma itu belum kering.”

Sebagian beranggapan bahwa pelepah kurma atau bunga yang diletakkan di atas pusara akan meringankan adzab penghuninya, sebab pelepah kurma atau bunga tersebut akan bertasbih kepada Allah selama dalam keadaan basah.

Pada dasarnya saya pribadi juga tidak terlalu memikirkan wacana Ziarah kubur (nyekar). Dengan melihat atau tiba ke makam, kita sebagai makhluk akan lebih mengingat maut sebab pastilah semua makhluk yang hidup akan menuju kesana (kematian) maka cukupkanlah amal pahala kita untuk menjadi bekal di darul abadi kelak. Namun apakah kegiatan selama di makam sudah sesuai dengan fatwa islam?.

Saya ingin sedikit bercerita.
"Pada tahun 2012 yang kemudian saya pernah bekerja di sebuah perusahaan selama kurang lebih 2 tahun, kami ditempatkan di Papua. Kebetulan rekan sekerja saya ada yang memeluk agama hindu. kami tinggal di sebuah mess jadi saya sangat menghafal rutinitas kesehariannya mulai dari berdiri tidur hingga tidur lagi. Jujur saya sangat mengaguminya dalam melaksanakan ibadah, entah itu merupakan citra dari seluruh umat hindu di Indonesia atau hanya beliau saja, yang terperinci saya sangat malu dan merasa kalah wacana melaksanakan ibadah.
Mulai dari membersihkan diri, menyiapkan sesajen, dupa, hingga dengan berpakaian sangat diperhatikan dan tertapa rapi. Ibadah pun dilakukan sangat khusyuk tidak hanya 5 atau 10 menit melainkan hingga 30 menit duduk di kawasan ibadahnya.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk sedikit berdiskusi dengannya mengenai ibadah. kami berdiskusi sangat banyak bahkan sedikit saya menyinggung untuk mengajaknya memeluk islam. sebab sebenarya beliau sudah sedikit tertarik ingin memeluk islam namun satu yang saya kaget dari jawabannya. " Saya keluar dari Bali dengan Hindu, jadi saya pulangpun harus dengan Hindu" itu merupakan pesan turun temurun dari ayah dan kakeknya. Sampai di titik tersebut saya berhenti untuk meyakinkannya sebab kami hanya bertemu di Kerja-an tersebut kurang lebih 2 tahunan saja, Dia akan kembali ke tempatnya Bali kawasan beliau berkumpul dengan keluarga yang disayanginya. Namun saya pun tak henti-henti mendo'akan semoga beliau diberi petunjuk oleh Allah SWT.

Saya berpikir keras apakah orang islam saja yang masuk surga? Bagaimana kalau ada pemeluk agama lain yang berperilaku baik dan taat beribadah apakah beliau juga akan masuk neraka? Coba renungkan hal tersebut!!. Inilah nikmat yang sering dilupakan bagi muslimin dan muslimah adalah nikmat memeluk islam.

Islam di Indonesia tidak lepas dari imbas agama dan kepercayaan sebelumnya. Banyak sekali kebiasaan agama lain yang masih dipertahankan, Karena penyebar agama islam zaman dahulu tidak serta merta menghilagkan budaya dan budbahasa leluhur demi  menjaga hati masyarakat di Tanah air. Andai Islam diajarkan dengan pribadi menghilangkan budbahasa dan budaya dimungkinkan akan terjadi gejolak penolakan di masyarakat.

Istilah tabur bunga dalam ziarah Kubur (nyekar) juga termasuk dalam budbahasa kebiasaan Hindu.Warna bunga merah, Kuning, dan putih itu sendiri merupakan perwujudan Dewa yakni yang kuasa Brahma, Wisnu, dan Syiva. Dalam melaksanakan upacara peribadatan umat Hindu tidak pernah lepas dari 3 warna bunga tersebut sebab diyakini bunga-bunga tersebut sanggup mengantarkan doa-doa kepada para Dewa.

“Barangsiapa ibarat suatu kaum ,maka ia termasuk golongan tersebut.” (HR. Ahmad nomor 5114, 5115 dan 5667; Sa’id bin Manshur dalam Sunannya nomor 2370; Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya: 19401, 19437 dan 33010. Al ‘Allamah Al Albani menghasankan hadits ini dalam Al Irwa’ 5/109).

Sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk berpikir dan membaca, Jangan hingga hanya untuk mempertahankan budbahasa yang kita tidak tahu asal-usulnya kita menjadi terjerumus ke jalan kesesatan. Dewasa ini sangat jarang sekali umat islam yang membaca kitabnya, mereka lebih disibukkan dengan urusan dunia apalagi dengan adanya gadget, orang-orang lebih resah kehilangan gadgetnya daripada kehilangan kitabnya. Mungkin inilah gejala selesai dunia.

Manfaatkan kemajuan Teknologi untuk lebih memperdalam agama, Jangan hingga urusan duniamu mengalahkan akhiratmu.

Sedikit Kutipan dari kami :

" Uang seratus ribu akan terasa banyak ketika kita membawanya ke masjid, Namun akan terasa sedikit ketika kita berada di Mall"

" Waktu sepuluh menit menjalankan Sholat akan terasa sangat lama, Namun Waktu dua jam berkeliling sentra perbelanjaan akan terasa sangat sebentar".

" Lima belas menit kita membaca Al Qur'an terasa sangat lama, mata pedih dan mengantuk Namun waktu berjam-jam melihat film, pameran, dan berbelanja akan terasa sebentar".
 
Demikianlah sedikit Pandangan Ziarah kubur (nyekar) dalam Islam. Mungkin sebagian pembaca ada yang kurang berkenan mengenai hal tersebut. Kembali lagi ke esensi Ziarah kubur (nyekar) itu sendiri, Dengan ziarah kubur (nyekar) dibutuhkan umat islam akan lebih mengingat maut dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk meminta doa dari orang yang sudah meninggal, traadisi tabur bunga itu sendiri bukan merupakan kewajiban dalam islam. Iqro' (bacalah) pahamilah segala adat, istiadat dan budaya di sekitar kita. Jangan hingga hanya sebab hal tersebut kita menjadi buta dengan agama islam.

Mungkin para pembaca berpikir ini muhamadiyah, ini NU, ini Syiah, ini Sunni. Kami tegaskan kami Islam dan kami hanya berniat menyampaikan. Islam hanya satu, Islam yang dibawa oleh Nabi Agung Muhammad SAW.

Semoga kita dijauhkan dari kesesatan dan gemerlapnya dunia, dan Semoga kita menjadi Insan yang mulia dihadapan Allah SWT.

--Mohon maaf kalau terdapat kesalahan dalam pengetikan ataupun penyampaian informasi, penulis hanyalah insan biasa yang tak luput dari salah dan dosa sebab kebenaran semata-mata hanya milik Allah Azza wa Jalla--

-- Sampaikanlah walau hanya satu ayat --
Buat lebih berguna, kongsi:
close